Rabu, 20 Maret 2013

MANAJEMEN KERJASAMA ANTARA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN INDUSTRI (Studi Kasus di SMKN 1 Program Keahlian Alat Berat Singosari Malang)

Filled under:


MANAJEMEN KERJASAMA ANTARA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN INDUSTRI (Studi Kasus di SMKN 1 Program Keahlian Alat Berat Singosari Malang)
Oleh: Djandji Purwanto 

PENDAHULUAN 
Kerjasama antara sekolah dengan industri sangat diperlukan terkait dengan perkembangan teknologi yang terjadi di industri sangat pesat sehingga sekolah akan jauh tertinggal jika tidak menjalin kerjasama dengan industri sebab pihak sekolah tidak mungkin menyediakan semua peralatan yang sesuai dengan kebutuhan industri dalam proses pembelajaran di sekolah (Rediyono, 2007). Di samping itu, kerjasama dengan industri juga akan membantu pihak sekolah dalam menyalurkan lulusannya sebab pihak industri telah mengetahui sejauh mana kompetensi yang dimiliki para lulusan dari sekolah yang telah menjalin kerjasama dengan industri yang bersangkutan. 
Kerjasama sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan industri mitra selama ini ternyata mampu menghasilkan karya-karya siswa yang dapat membanggakan. Hal ini menunjukkan kompetensi atau kemampuan siswa SMK sudah siap bekerja di dunia industri. Karena itu, kerjasama antara SMK dan industri perlu ditingkatkan dan diperkuat lagi. Kendati prestasi para siswa sudah menggembirakan, tapi hasilnya belum maksimal. Setidaknya, upaya untuk memperkuat konsep kerjasama sekolah dengan industri yang dicetuskan beberapa tahun lalu memberi penguatan betapa pentingnya kerjasama SMK dan industri. (Direktorat PSMK, 2009) 
Praktek Kerja Industri yang disingkat dengan “prakerin” merupakan bagian dari program pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh setiap peserta didik di Dunia Kerja, sebagai wujud nyata dari pelaksanaan sistem pendidikan di SMK yaitu Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Program prakerin disusun bersama antara sekolah dan dunia kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta didik dan sebagai kontribusi dunia kerja terhadap pengembangan program pendidikan SMK (Direktorat PSMK, 2008). Dengan prakerin peserta didik dapat menguasai sepenuhnya aspek-aspek kompetensi yang dituntut kurikulum, dan di samping itu mengenal lebih dini dunia kerja yang menjadi dunianya kelak setelah menamatkan pendidikannya. 
Dunia usaha industri merupakan salah satu elemen yang penting dalam dunia ketenagakerjaan. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena dunia usaha industri merupakan salah satu penyerap tenaga kerja yang cukup dominan sehingga perlu adanya penyesuaian antara dunia usaha industri dengan dunia pendidikan sebagai sumber penghasil tenaga kerja. Sebagai elemen penting diharapkan tetap memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi dan perspektif jangka panjang dengan memperhatikan tatanan lingkungan (ecosystem) sehingga memberi kemanfaatan masa kini dan menjamin kehidupan masa depan (Djadjadiningrat, 1994). 
Lebih lanjut Priowirjanto, Suryatmana, dkk. (2002) menyatakan bahwa penataan bidang/program keahlian merupakan upaya penyesuaian bidang dan program keahlian yang ada di seluruh SMK agar sesuai dengan potensi wilayah atau kebutuhan pasar kerja. Sistem diklat yang permeable dan fleksibel menempatkan SMK sebagai bagian integral dari sistem diklat di daerah dan penataan kurikulum disesuaikan potensi wilayah/daerah. Berdasar pandangan tersebut maka dunia usaha industri atau dunia kerja harus memanfaatkan potensi lokal di era otonomi daerah sebagai peluang untuk pengembangan usaha atau peluang kerja bagi masyarakat lokal yang sekaligus berfungsi sebagai lingkungan sumber belajar. 
Hal ini sejalan dengan pandangan Chang (1994) bahwa industri merupakan tempat yang paling tepat bagi siswa-siswa SMK untuk melatih kemampuan penyesuaian diri terhadap lapangan kerja. Chang lebih lanjut mengemukakan bahwa industri atau lapangan kerja hendaknya sebagai bagian dari tempat pendidikan keterampilan. Dunia usaha industri dalam penyelenggaraan kerjasama SMK dengan dunia usaha industri menjadi penting, mengingat siswa belajar praktek langsung, dan siswa memperoleh pengalaman kerja. Pengalaman kerja di industri dilihat sebagai sebuah laboratorium/bengkel lapangan. 
Keterlibatan industri pada PSG dalam mewujudkan kerjasama SMK dengan dunia usaha industri (DUDI) antara lain menyediakan tempat praktek bagi siswa, penyediaan dana untuk pelaksanaan sistem ganda, merancang program pendidikan, dan implementasi program sampai pada evaluasi hasil belajar siswa di pendidikan kejuruan. Gasskov (1994) mengemukakan bahwa sistem ganda di Jerman beroperasi karena para pengusaha di Jerman telah memiliki komitmen secara sukarela menjalankan sistem ganda. Gasskov menambahkan bahwa industri-industri di Jerman selalu mengambil inisiatif dalam menetapkan kualifikasi. Untuk itu, pelatihan dipersiapkan. 
Middleton; Ziderman; dan Van Adams (1993) menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan di Jerman lebih dari empat dekade telah terlibat dalam penyelenggaraan sistem ganda dan mendukung pembiayaan bagi pendidikan calon tenaga kerja untuk lebih dari 400 jabatan di industri. Schippers & Patriana (1994) mengemukakan bahwa industri memasukkan biaya penyelenggaraan pelatihan ke dalam ongkos produksi. Kedua pernyataan itu menunjukkan bahwa industri menutup kembali biaya yang dikeluarkan untuk PSG melalui hasil kerja para siswa magang pada pekerjaan produksi.
 Hasil penelitian Pakpahan (1995) mengatakan bahwa kendala utama dalam pelaksanaan PSG adalah bagaimana melibatkan dunia usaha industri dan dibutuhkan keterlibatan atau komitmen dari pihak dunia usaha industri. Jadi, salah satu aspek yang sangat esensial dalam pelaksanaan PSG pada pendidikan kejuruan adalah komitmen industri membantu pendidikan kejuruan. 

METODE PENELITIAN 
Agar dapat mengetahui proses, dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Penelitan kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang menghasilkan data deskriptif, di lain pihak dalam penelitian kualitatif dapat belajar dan mengeksplorasi dan memahami pengalaman manusia atau kelompok seperti kepercayaan, penderitaan, rasa sakit, frustasi, keindahan, pengharapan, dan cita-cita yang telah terbentuk dan telah dialami oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari (Mantja, 2002). Sedangkan Guba dan Walf (dalam Moleong, 2000) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif dapat dikatakan sebagai penelitian naturalistik karena peneliti tertarik untuk menyelidiki peristiwa yang terjadi secara ilmiah atau natural. Sehingga pengkajian terhadap permasalahan akan menghasilkan data deskriptif atau dengan kata lain penelitian ini diusahakan pada pengumpulan data deskriptif yang dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian. Pada umumnya data deskriptif yang dikumpulkan lebih banyak dalam bentuk kata-kata dan gambar daripada angka-angka (Slavin, 1992). 
Untuk melaksanakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif memiliki berbagai karakteristik seperti berikut: (1) pengumpulan data dilakukan dalam latar yang wajar atau alamiah, (2) peneliti merupakan instrumen kunci dalam pengumpulan dan penginterpretasi data, (3) analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara induktif, (4) makna baik tingkah laku manusia merupakan unsur penting dalam penelitian kualitatif (Mantja, 2002). 
Penelitian ini tergolong ke dalam jenis studi kasus, yaitu kasus yang berkaitan dengan manajemen kerjasamaantara sekolah menengah kejuruan dengan industri di SMKN 1 Singosari Malang. Bogdan dan Biklen (1998) menjelaskan bahwa penelitian studi kasus merupakan pengungkapan secara deskriptif suatu keadaan, latar, obyek, atau suatu peristiwa secara rinci dan mendalam. 

HASIL PENELITIAN 
Hasil penelitian ini dijabarkan dalam lima kelompok sesuai dengan fokus penelitian ini, yaitu sebagai berikut: (1) bentuk kerjasama antara SMKN 1 Program Keahlian Alat Berat Singosari Malang dengan PT. Trakindo Utama, (2) peran PT. Trakindo Utama pada SMKN 1 Singosari dan peran SMKN 1 Singosari pada PT. Trakindo Utama,, dan (3) tindakan PT. Trakindo Utama terhadap lulusan SMKN 1 Program Keahlian Alat Berat Singosari Malang. 
Untuk memperjelas temuan tentang bentuk kerjasama antara SMKN 1 Program Keahlian Alat Berat Singosari Malang dengan PT. Trakindo Utama tersebut digambarkan dalam diagram gambar berikut ini 

Gambar 1. Diagram bentuk kerjasama antara SMKN 1 Singosari dengan PT. Trakindo Utama


Untuk memperjelas temuan tentang peran PT. Trakindo Utama pada SMKN 1 Singosari dan peran SMKN 1 Singosari pada PT. Trakindo Utama tersebut digambarkan dalam diagram gambar berikut ini.
Gambar 2. Diagram peran PT. Trakindo Utama pada SMKN 1 Singosari dan peran SMKN 1 Singosari pada PT. Trakindo
  
Untuk memperjelas temuan tentang tindakan PT. Trakindo Utama terhadap lulusan SMKN 1 Program Keahlian Alat Berat Singosari tersebut digambarkan dalam diagram gambar berikut ini.
Gambar 3. Diagram tindakan PT. Trakindo Utama terhadap lulusan SMKN 1 Program Keahlian Alat Berat Singosari

PEMBAHASAN 
Pembahasan hasil penelitian ini diuraikan dengan menampilkan analisis substantif teoritik dengan kemungkinan mengacu pada konsep atau teori tentang ManajemenKerjasama antara Sekolah Menengah Kejuruan dengan Industri.Analisis tersebut dilakukan untuk menemukan makna atau hakikat yang mendasari pernyataan. Pernyataan yang ditemukan (Williams, dalam Mantja, 1989), makna yang dikedepankan didasarkan atas interpretasi data yang berupa pernyataan responden yang selanjutnya diformulasikan dalam bentuk tema. 
Bogdan dan Biklen (1998) menegaskan bahwa tema adalah konsep atau teori yang ditampilkan oleh data yang ditemukan dalam penelitian. Karena itu, arah interpretasi diskusi penelitian ini dikerjakan dengan tetap memperhatikan sifat penelitian ini, yaitu kualitatif induktif yang menghasilkan kesimpulan induktif pula (Soekadijo, 1983; Nasution, 1988; Glaser dan Strauss, 1980 dalam Mantja, 1989). Dengan kesimpulan induktif yang bertolak dari kenyataan di lapangan yaitu tentang ManajemenKerjasama antara Sekolah Menengah Kejuruan dengan Industri, maka temuan teoritik yang ditampilkan mengarah pada kesejajaran dalam arti memperluas dan melengkapi dan mungkin pula menolak teori-teori ManajemenKerjasama antara Sekolah Menengah Kejuruan dengan Industri. 
SMKN 1 Singosari Malang secara resmi mulai melaksanakan kerjasama dengan PT. Trakindo Utama sejak tahun 2004.Trakindo memberikan sarana belajar mengajar mulai dari buku manual, kaset audiovisual, pesawat televisi, video, sampai alat berat Caterpillar. Trakindo juga memberikan pelatihan basic mechanic training kepada siswa-siswa SMK. Proses belajar mengajar yang dilengkapi dengan alat peraga asli, seperti traktor, alat besar, dan mesin Caterpillar, serta dibimbing oleh para guru yang telah memperoleh pelatihan, ternyata telah menghasilkan lulusan sekolah menengah kejuruan yang berkualitas dan benar-benar siap memasuki dunia kerja. 
Diharapkan kerjasama ini berkembang lebih luas ke berbagai pendidikan lainnya. Trakindo tentu membutuhkan tenaga kerja yang tepat untuk menjalankan roda industrinya, sementara dunia pendidikan juga menghendaki para lulusannya mampu menjawab tantangan dan kebutuhan industri. Program ini sangat sesuai dengan kebijakan kerjasama yang dicanangkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan mendukung pendidikan sistem ganda yang dilaksanakan di sekolah-sekolah kejuruan. Dalam sistem ini para siswa tidak hanya belajar di ruang kelas, tetapi dihadapkan pada dunia industri sesungguhnya melalui kerja praktek di lapangan dan program magang serta melalui kurikulum yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Hal ini sesuai dengan karakteristik pendidikan kejuruan model pasar (the market model). Menurut seorang ahli pendidikan kejuruan dari Jerman bahwa pada model pasar, pemerintah tidak terlibat dalam proses kualifikasi kejuruan. Model ini sering juga disebut model liberal dan langsung diarahkan pada produksi dan pasar kerja (Greinert, 1994). 
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, manajemen kerjasama antara sekolah menengah kejuruan dengan industri dalam pelaksanaan bentuk kerjasama, peran SMK dan peran PT. Trakindo Utama, pengembangan SDM dalam mendukungkerjasama, pengelolaan kurikulum kerjasama, dan tindakan PT. Trakindo Utama terhadap lulusan SMK Program Keahlian Alat Berat dapat dirumuskan sebagai berikut.
Gambar 4.  Temuan alur Manajemen Kerjasama antara Sekolah Menengah Kejuruan dengan Industri, dalam hal ini SMKN 1 Program Keahlian Alat Berat Singosari dengan PT. Trakindo Utama

KESIMPULAN 
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut. Kepala sekolah SMK dan Branch Manager industri adalah personil yang membantu pemerintah dalam lingkup pendidikan, khususnya pengembangan diklat keterampilan bidang alat berat di SMK agar lulusannya lebih siap pakai di dunia industri dan meningkatkan kualitas, keahlian dan kesiapan lulusan SMK program keahlian alat berat agar memenuhi kebutuhan standar industri alat berat kelas dunia. Peran industri dalam mendukung implementasi ketercapaian program kerjasamapada sekolah sangat diharapkan, dikarenakan peralatan di sekolah sudah jauh ketinggalan dengan peralatan di industri, hendaknya dalam program pembelajaran beberapa peralatan industri ditempatkan di sekolah sebagai sarana pelatihan. SDM menduduki peran yang sangat sentral untuk mendukung implementasi kerjasama, meskipun komponen yang lainnya juga penting seperti sarana dan prasarana. Kurikulum diklat perlu didesain agar memenuhi kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan di DU/DI, dalam hal ini disesuaikan dengan kebutuhan jenjang dan jenis pekerjaan untuk technician PT. Trakindo Utama yang lebih dikenal dengan istilah Market Driven. Tujuan akhir pada pendidikan kejuruan adalah lulusan SMK dapat bekerja di DU/DI, oleh karena itu siswa yang sudah magang di DU/DI dapat mengetahui secara langsung kompetensinya sehingga dapat menempatkan atau mempekerjakan sesuai dengan bidangnya. Salah satu indikasi keberhasilan SMK adalah keterserapan lulusannya pada DU/DI. 

SARAN
Bedasarkan kesimpulan di atas, saran-saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut. SMKN 1 Singosari Malang dapat meningkatkan kerjasama dengan PT. Trakindo Utama, terutama dalam model pembelajaran yang dapat diterapkan di dua tempat yaitu di sekolah dan di industri, dengan durasi waktu dan kompetensi yang dicapai telah direncanakan oleh kedua belah pihak. Bentuk kerjasama yang selama ini hanya satu rombongan belajar, dapat ditingkatkan kuantitasnya, sehingga bentuk kerjasama lebih banyak memberi manfaat bagi masyarakat. Komite sekolah, organisasi profesi, dan dunia usaha/industri dapat mengambil bagian berpartisipasi aktif dalam melaksanakan pendidikan kejuruan yang sangat terkait bagaimana teori di sekolah dan aplikasi kejuruan di lapangan untuk meningkatkan mutu pendidikan kejuruan sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja yang siap pakai. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (PSMK), dapat menjadikan model ”Kerjasama SMKN 1 Singosari Malang dengan PT. Trakindo Utama” sebagai acuan pengembangan SMK di Indonesia. Peserta diklat kejuruan terutama bagi guru-guru SMK untuk meningkatkan kompetensi kejuruan dapat melaksanakan pelatihan di industri, baik pelatihan rutin maupun On the Job Training seperti yang dilakukan oleh guru-guru SMKN 1 Singosari Malang di PT. Trakindo Utama, dalam rangka mengikuti perkembangan teknologi terkini, sehingga materi kejuruan yang mereka ajarkan relevan dengan kebutuhan sumber daya menusia di dunia industri.

DAFTAR RUJUKAN 
Abdul Wahab, S. 1997. Analisis Kebijaksanaan Negara dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara. Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara. 
Abdul Wahab, S., dkk. 2002.  Masa Depan Otonomi Daerah: Kajian Sosial, Ekonomi, dan Politik untuk Menciptakan Sinergi dalam Pembangunan Daerah. Surabaya: SIC. 
Alma, Corazon G. De Leon. 2000. From Government to Governance. On The World Conference on Governance.  Easterm Regional Organization for Public Administration, Loyola Heights Quezon City Philippines. 
Ambar, S. 2004. Model-model Kemitraan dan Pemberdayaan. Yogyakarta. 
Anwar. 2004. Life Skills Education (Pendidikan Kecakapan Hidup). Bandung: Alfabeta. 
Arifin, I. ed. 1994. Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan. Malang: Kalimasahada Press. 
Azra, A. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rekonstruksi, dan Demokratisasi. Jakarta: Kompas. 
Bailey. 1993. Can Youth Apprenticeship Thrive in The United States. Educational Researcher, April. Washington: AERA. 
Basri, D. 2005. Penerapan Kebijakan Link And Match pada Hakikatnya Bertujuan untuk Kesesuaian Jenis Keterampilan/Sikap Di Dunia Usaha/IndustriJakarta: (Online), (www.depdiknas.go.id/jurnal/41/djapri_Basri.htm-129k. diakses 13 juli 2006). 
Balitbang. 2008. Statistik Persekolahan SMK 2002/2003. Pusat Data dan Informasi Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. 
Becker. 1983. Human Capital: A Theoretical and Empirical Analysis. With Special Reference to Education. Journal of Education, Vol. 15. 
Berrymen. 1993. Learning for The Word Place. Review of Research in Education, Number 19. Washington: AERA. 
Bogdan & Biklen. 1998. Qualitative Research for Education Intruction to Theory and Methods. London: Allyn and Bacon Inc. 
Butler, F.C. 1979. Instructional System Development for Vocational and Technical Training. Englewood Cliffs, N. J.:Educational Technology Publication. 
Chang, Suk-Min. 1994. Lingkage of School to Industry (paper presented at the 4th APEC Education Forum) June 1994. Seoul Korea. 
Cochran & Malone, E.F. 1995. Public Policy Perspectives and Choices. AS: McGraw-Hell, Inc. 
Cochran & Malone, E.F. 1999. Public Policy Perspectives and Choices. AS: McGraw-Hill College. A. Division of The McGraw-Hill Companies. Boston Burr Ridge, IL-New York to Taipeh Toronto. 
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Keterampilan Menjelang 2020 untuk Era Global. Jakarta: Depdikbud. 
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Pengembangan Hubungan SMK dengan Dunia Kerja dalam Rangka Pendidikan Sistem Ganda. Jakarta: Depdikbud. 
Depdikbud. 1992. Keputusan Mendikbud RI No. 0490/U/1992 tentang Kemitraan SMK dengan Dunia Usaha Industri. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
Depdikbud. 1997. Keputusan Mendikbud RI Nomor 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan PSG pada SMK. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
Depdikbud. 1997. Pengembangan Hubungan SMK dan Dunia Kerja. Dirjen Dikdasmen Dikmenjur. 
Depdikbud. 1997. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Sistem Ganda. Dirjen Dikdasmen

0 komentar:

Posting Komentar

Polling Guru