Rabu, 20 Maret 2013

Pedagogi Soft Skills Apa dan Kenapa ?

Filled under:


Hari Amanto (Widyaiswara Departemen Edukasi PPPPTK/VEDC BOE Malang)

 Pedagogi

Kata pedagogi berasal dari kata Yunani. Pais (anak) dan Agogos (pembimbing). Memang secara etimologis mengacu kepada proses pendampingan yang dilakukan oleh kaum dewasa terhadap anak remaja. Secara historis menurut Kusuma (2007:137) kata pedagogi merupakan cfungsi edukatif yang diberikan kepada orang-orang yang diberikan fungsi edukatif.

Guru bisa dipuja oleh anak didik, namun mereka juga bisa dicerca. Guru yang baik adalah yang mampu menyelami bagaimana perasaan anak didik, kemudian mereka mampu menggali potensi anak didik, dan mereka mampu menggali potensi anak didik untuk dioptimalkan. Oleh karenanya membangun generasi mendatang mesti juga mulai dengan membangun guru terlebih dahulu.
  
 Gambar. 1. Membangun Potensi Peserta didik
 Padagogi adalah salah satu istilah saja. Istilah yang menyebabkan pemahaman orang lebih tertuju bagaimana proses seseorang bisa menjadi pendidik yang mutakhir dan terkenal (Elfindri,dkk, 2010:8).. Segala tindakan yang digunakan, mulai persiapan, penguasaan, metode penyampaian merupakan kemasan dari pedagogik.
 Banyak guru pintar tetapi dia tidak sanggup mengajar seperti yang  diharapkan oleh anak didik. Banyak juga guru suka mendidik pedagoginya baik, namun bahan yang diberikan bias saja out of date,dan kurang cukup untuk kebutuhan anak didik.
 Banyak guru yang menguasai ilmu. Lantas ilmu yang diajarkan tanpa memahami secara jernih apa yang sebenarnya  yang bias dihasilkan melalui pengajaran.
 Keterampilan pedagogik adalah diperlukan untuk mengatasi semua ini. Keterampilan yang diperoleh pada mulanya dari keinginan yang kuat untuk mempelajari sesuatu, kemudian setelah mempelajari memiliki bakat yang tinggi dalam menyampaikan ilmunya kepada yang lain. Sehingga pedagogi menjadi sangat penting dipahami, dalam konteks soft skills.
 Orientasi pedagogi soft skills tidak saja proses yang diperlukan, namun para peserta didik secara indenpenden melaksanakan value system yang telah diperolehnya dari guru dan lingkungannya. Jadi angka-angka melanjutkan pendidikan, angka mengulang nkelas, serta angka daftaran murid dan Nilai Ebtanas Murni (NEM) menjadi tidak penting dibahas dalam pedagogi soft skills ini. Melainkan pedagogi yang mampu menghasilkan generasi yang akan dating secara holistic dan sempurna.
Bukankan hal ini diperlukan oleh jutaan guru di Indonesia?. Bukankah juga diperlukan oleh dosen?.Termasuk  diperlukan juga oleh orang tua dan segala yang berkepentingan membangun  karakter masa depan anak bangsa “character building”. Jawabnya adalah benar.
Ketika kita menerima kebenaran terhadap fenomena pendidikan, maka sebaiknya kita melaksanakan setelah kita mengetahui bahwa value system yang diajarkan akan mengisi ranah tertentu. Kemudian dia bersinergi dengan keilmuan, serta keterampilan yang dimiliki oleh anak didik.
Keterampilan dan keilmuan akan menjadi lengkap kiranya ketika ditunjang oleh value yang menggerakan berfungsinya ilmu dan keterampilan menjadi energy baru dari manusia yang menerimanya.
 Kenapa Pedagogi ?
Krisis akan peranan guru bukanlah berasal semata pada kekurangpahaman gurubterhadap materi ajar, namun juga disebabkan oleh karena pendalaman dan penjiwaan dari apa yang seharusnya dihasilkan oleh guru dalam proses pembelajaran.

 
 Gambar.2. Proses Belajar Mengajar
 Banyak para pendidik sebelumnya menyampaikan bahwa sasaran pembelajaran adalah nilai kognitif anak. Maka ketika ukuran nilai kuantitatif dicapai melebihi standar, maka guru dianggap sebagai salah satu faktor yang menyebabkan keberhasilan pencapaian itu (Mulyasa, 2008:22).
 Bagi sekolah kejuruan, output anak misalnya diukur melalui psikomotorik anak didik terhadap bidang tertentu, maka banyak yang merasa puas bahwa guru sudah merasa berhasil di sekolah.
 Sementara ukuran-ukuran output demikian tidak selalu pararel dengan ukuran hasil outcomesseorang anak  yang memperoleh pendidikan. Mereka yang terdidik juga memiliki akhlak yang baik. Anak didik yang berpendidikan juga memahami dan melaksanakan nilai-nilai universal  yang ada dalam dirinya. Sikap kerja keras bukanlah dihasilkan dari sebuah proses belajar saja,namun bagaimana rintangan yang dilalui dengan arahan yang bagus  dari orang tua dan pendidik.
 Dapat kita simpulkan bahwa kerja keras, eksekutor, jujur, visioner, disiplin, adalah serangkaian keterampilan hidup yang sangat menentukan keberhasilan seseorang.
 Oleh karenanya dia tidak bisa datang begitu saja, dia tidak bisa diajarkan dan dating dengan mudahnya kepada seseorang. Mesti disadari bahwa soft skiils diberikan dengan kesadaran yang lengkap oleh pendidik dan orang tua. Sehingga dalam masa perkembangan anak didik kita bisa memanfaatkan waktu dan momen yang tepat agar mereka tumbuh dan berkembang secara baik.
Elfidrin,dkk, (2010), Soft skills untuk Pedagogik, Penerbit Boeduose Media
Kusuma, (2007), Pendidikan Karakter:Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Grasindo
 Mulyasa (2008),Guru Profesional, Remaja Rosdakarya.Bandung

0 komentar:

Posting Komentar

Polling Guru